Selasa, 29 Januari 2019

Cerpen Motivasi : "Terpesona"

Sebuah cerita singkat akan aku bagikan, semoga dari membaca bisa membuat kalian terhibur dan tak merasa sedih akan ribuan kata yang penuh teki ini...

"Terpesona"

Part 1; Lulus Judul
Selepas ujian ku tak lagi pulang untuk menikmati empuknya kasur seperti mahasiswa lainnya, ada hal harus ku urus di kampus. Sebelum pulang ku sempatkan mencari informasi dimading kampus kemudian dibagian bawah lembaran yang ditempel aku melihat namaku tertera, Putri.
 "Apa ini? PKM? Lolos? Hah..." kataku.
PKMku lolos tahap seleksi kampus, tepatnya 2 proposal PKMku, dengan nama ketua yang berbeda. Aku senang dan ini harus ku perjuangkan.

Part 2; Mulai Bimbingan
"Ketua proposal segera hubungi dosen pendamping masing-masing untuk memulai perbaikan dan meminta username PKM, Terimakasih" Kutipan pengumuman.
"Siapa pembimbingku?" dalam hati kubicara.
Secara spontan aku terkejut dosen kimiaku yang terkenal tegas, humor dan sedikit tampan itu pembimbingku. Beliau pak Barru, dengan huruf "R" doble. Beliau sangat tegas dan bila moodnya tidak bagus bisa saja aku dimakan. hehehhe....
Ku coba memastikan dosen itu memang pembimbingku melalui pesan singkat di WA, sekedar memberitahu aku sebagai ketua dari proposal PKM-K. Esoknya ku ajak Widi seorang penggemar berat pak Barru tuk menemaniku melakukan bimbingan karena 4 hari untuk segera diapload. Namun hari ini ada rapat dosen mendadak, urunglah kesempatanku dan wajah Widi tampat sedikit kecewa. Yap, widi, sejak awal masuk dia mulai tertarik akan ketegasan, ketampanan dan keakraban yang dilakukan oleh Pak Barru, beda dari dosen yang lain. Meski tegas Pak Barru selalu menyampaikan gurauan kecil untuk menghangatkan susana kelas.
begiturt 3; Banyak Revisi
Proposal tahap pertama mulai direvisi dan mulai penuh coretan, aku dan Widi mulai ragu dan takut.
"Kita lihat pedomanya ya? Ini marginnya salah, halaman masih calibri letaknya tidak sesuai pedoman, spasi 1,15 bukan 1,5, daftar isinya masih acak-acakan, okey kita lanjut ke isinya"Pak Barru berkata.
(2 jam kemudian)
"Iya pak, waduh banyak yang salah..baiklah pak besok hasil revisi saya buat."kataku
" Oh ya pak, ini Widi anggota baru saya sebagai pengganti anggota sebelumnya karena proposal saya yang diterima dua-duanya jadi saya bagi pak sebagian mengatur proposal yg satunya, bagaimana pak boleh?" lanjutku
"Iya, tidak pa apa..dan jangan lupa mencari satu anggota lagi yang berbeda angkatan" kata Pak Barru
"Baik pak, trimakasih" jawabku

Part 4; Rekaman
Selepas bimbingan aku segera berbenah diri dan mulai pergi ke kos Widi untuk mengerjakan revisiku. Widi  itu bernama kepanjangan dari Widiyanningsih, lalu aku buka laptopnya dan menanyakan hasil rekaman Widi tadi.
"Wid, hasil rekamannya?" kataku
"Maaf, selepas keluar tadi ternyata tidak tersimpan di hpku. Tapi jangan khawatir aku masih ingat, tuk hari ini saja..hehehe" sambil menyengir Widi sampaikan
"Nggak tersimpan? What..., widi tau gitu aku juga ngerekam." kataku sedikit marah
"Kalau ngefans ya jangan gitu juga, sampai lupa tekan simpan" kataku ketus memperingatkan.
"Tadi sudah aku rekam, tapi gk tau kenapa tidak tersimpan, yah padahal suaranya merdu dan humornya banyak. Oke oke...besok aku pastiin gk hilang lagi." kata widi berjanji
Akhirnya, kita mengerjakan sebisa mungkin apa yang kita dengar dan kita lihat hasil coretan Pak Barru pembimbingku yang memiliki tulisan tangan yang sangat luar biasa itu dan begitu banyak. Biodata beliau juga kami masukkan sebagai pelengkap proposal kita, yang di kirim melalui e-mail.

Part 5;  Bolpoinku tak lagi jadi milikku
Hari ke-2 bimbingan jam 11.47 WIB, tak lagi ada rasa takut untuk bertemu pak Barru. Hari ini aku bimbingan ditemani Widi dan Wicak. Wicak memang anggota lamaku yang dulu juga membantu diPKM sebelumnya. Hari ini aku membawa hasil cetak revisi, namun pak Barru ingin segera mengedit lewat laptopnya. Sempat membuat username dan membuat lembar pengesahan membuat bolpoin yang ku berikan menjadi tak sengaja diselipkan di cuping telinga pak Barru. Widi sudah siap merekam revisian hari ini dan memastikan sudah benar-benar terekam. Yap...pak Barru sangat baik  hari ini sampai rela laptopnya digunakan untuk mengedit proposal Kami. Revisian hari ini berlangsung cepat karena pak Barru merasa harus segera makan siang atau dia akan disidang oleh cacing yang ada diperutnya begitu aku juga yang sudah sangat kelaparan.
Sepulang bimbingan, Widi bercerita ia iri dengan bolpoinku. Rasa-rasanya bolpoinku hari ini itu spesial karena diselipkan di cuping telinga pak barru yang sedikit tampan itu, Hehehehe pikirannya.
"Putri..sini bolpointnya kamu aku gantiin ya??, masih baru juga kok bolpoint ku" memohon sambil menyerahkan bolpoin barunya.
"Knpa memang??"
"Tadi Ouh.. diselipin ditelinga pak barru kan spesial..! Ya ya ya?" widi memohon
"Iya iya...beneran baru loh?" kataku
"Iya beneran..yeyeyyyy."Widi tersenyum semringah.

Part 6; Takut
Sebelum pulang kemarin, zahro ikut bergabung bersama kami bimbingan dengan pak barru. Zahro adalah adik angkatanku yang aku pilih sebagai anggota baruku. Karena posisiku yang membelakangi revisi kemarin, aku menyuruh zahro untuk mengerjakan bagian keuangan.
Keesok harinya, aku memeriksa hasil pekerjaan zahro tepat setelah ujian dan aku mendengar kabar bahwa hasil revisian pak Barru kemarin tidak tersimpan.
"Wah...payah. Bagaimana ini? Tapi setidaknya pak barru bisa menyimpan file kita dilaptopnya?" kataku panik
"Kok bisa gk disimpan ya?" sahut wicak
"Tau sendiri, kemarin pak Barru cepat-cepat menyuruh kita minta ttdnya bu Ajeng dan pak Barru bilang sudah dulu revisinya, saya mau makan begitu" widi menjelaskan
"Coba di cek saja mbak hasil pekerjaan saya, dan kita revisi lagi seingatnya kita-kita.." zahro memberi saran
Tidak ada jalan lain, selain jujur pada pak Barru hari ini kalau memang belum disimpan kemarin. Sebisa mungkin kami juga merevisi ulang apa yang kemarin pak Barru telah revisi. Hari ini juga, aku sudah meminta ijin untuk memulai bimbingan jam 1 agar pak Barru menyempatkan diri untuk makan siang, dan pak barru setuju sehingga waktu kami untuk revisi masih ada. Walaupun hati kami sudah sangat takut kena marah oleh pak Barru.

Part 7; Laptop Pak Barru
Hari ke-3 revisi proposal PKM jam 13.03, kami sudah siap kena marah namun aku belum siap berbicara sebenarnya apa yang telah terjadi kalau kemarin belum disimpan oleh pak barru. Kami dipersilahkan duduk terlebih dahulu di ruang pak barru,  kemudian meninggalkan kami, untuk mengambil teh dan kopi...heheheh bercanda, mana mungkin kan bukan rumahnya..wkwkwk. Kami mengamati ruangannya yang munyil itu dan mejanya yang tak pernah kosong oleh buku test kelas lain. Asik menunggu lama kami mengobrol singkat dan membicarakan laptop yang akan ku beli. Widi yang begitu seru kalau sedang membicarakan pak barru kami jahili dan laptop pak barru lumayan bagus juga untuk jadi reverensi di fotolah oleh Widi, selain itu juga eh beraninya dia mengangkat laptop pak Barru sampai akan menjatuhkan Earphonenya.
Tak lama kemudian, pak Barru datang dan mulailah kami bimbingan. Tapi sebelum memulai eh pak baru memberikan kami kalender 2018 yang sudah berlalu, diterimalah oleh Widi dengan ragu dan sedikit bahagia dijantungnya..slalu ada-ada saja kejahilan pak Barru.
"Emmm... Pak?" kataku ingin bicara
"Oh ya, kemarin belum disimpan ya? Saya juga tidak menyimpan"sahut Pak Barru tiba-tiba.
"Eh Oh..iya pak, kemarin sudah dilepas dulu flasdisknya. Tapi kami sudah menambahkan yang kemarin bapak revisi, namun tidak sebaik kemarin..silahkan diperiksa pak?" sedikit takut ku coba jelaskan.

Part 8; Cetak
Semua hasil menyimak selama bimbingan kita sajikan. Semampu mungkin mencoba menyelesaikannya. Hari ini hari terakhir kami ditargetkan melakukan bimbingan dan selesai. Namun setiba kami di Kampus, Pak Barru sedang membimbing dan mengurus data-data kelompok PKM yang lain. Hanya akun Pak Barru yang aktif sebagai operator dikampus membuat Pak Barru harus terlibat proposal PKM dari kelompok lain meski bukan Pak Barru pembimbingnya, pekerja keras sekalia dia (aku dan kawan-kawan mengagumi). Aku dan anggota menunggu sabar dan siap untuk mempertahankan kursi yang bisa kita duduki sampai-sampai teman sekelasku tidak mendapat kursi saat melakukan bimbingan dengan dosen lain (betapa jahatnya kami saat itu).
 Sekitar 1 jam kami menunggu pak Barru tuk memulai bimbingan. Yap...pengecekan keuangan tepat sesuai yang ditargetkan dan hanya ada revisi sedikit. Setelah dirapikan file kami oleh pak Barru maka siap tuk dicetak. Eh...ternyata dengan senang hati pak Barru mencetak sekaligus menduplikat dengan scan saat sudah di tanda tangani. Wow, sebaik ini ternyata pak Barru. Setelah itu aku menyuruh Wicak untuk membeli map dan materai 6000 sebagai pengesahan yang sah. Widi mulai tak tersadarkan karena terpesona kebaikan Pak Barru saat itu.

Part 9; Mengulangi lagi
Semua berkas siap di tanda tangani, namun beberapa belum tercetak yaitu indentitas diriku sebagai ketua dan juga milik Pak Barru sendiri. Kesabaran mulai menghampiri kami, materai yang sudah ditempel dilepas kembali dari kertasnya karena Pak Barru tak sengaja menaruh stempel kemahasiswaan di meja Kaprodi sehingga menjadi salah. Dicetak kembali dan salah lagi karena ada beberapa kata tak berspasi. Cukup bersabar dan lelah kami mencoba santai dan tidak menunjukkan kepebatan dihadapan dosen-dosen lain. Cetak untuk ke empat kalinya dengan hati-hati bu kaprodi yang mencetak dengan gurauan harus membayarnya dengan ayam bakar (Hahahah...ya sedikit tak enak hati jadinya) dan tidak kami hiraukan.

Part 10; Moment
Setelah usai dengan urusan tanda tangan dan stampel aku mulai memasuki ruangan kecil itu kembali. Widi, Wicak, dan Zahro asik bergarau dibalik ruangan kecil dengan santainya..walau hati kecil Widi sebenarnya ingin masuk namun merasa lelah, dan aku tak tau apa yang ada dipikirannya saat itu melihat aku dan Pak Barru serius untuk menikah eh maaf maksudnya apload file proposal PKM wkwkwk. Ku bantu pak Barru membuat daftar isi dan mulai membuat file pdf.
"Masukkan username dan password kemarin?" pak Barru
"Baik pak, ini pak masih ada" sahutku
"Coba kamu bacakan" jawab kembali pak Barru
"*************"
"**@**#@*$"
"Ini begini, upload proposal cek batas maksimal proposal yang dibuat tidak boleh melebihi 5 MB, bismillah!" Pak Barru menjelaskan dan mulai meyakinkan
"Bismillah pak, semoga tidak melebihi, alhamdulillah hanya 2,01 MB" jawabku
"Ya sudah, kita upload proposalnya dan selesai...." kata pak Barru tiba-tiba
"Benarkah pak? Secepat itu??" jawabku terkejut
"Iya sudah, ini kalian jadi yang pertama upload, sukses dah jangan lupa bagi-bagi kalau lolos..hehehe" pak Barru lega dan tersenyum bahagia
Aku terharu, semua anggotaku yang juga ikut mendengar ikut bahagia. Rasanya beban dipundak terangkat bebas. Wow..kita langsung mengucap banyak-banyak terimakasih kepada Pak Barru dan mulai meninggalkan ruangan dengan bahagia. Alhamdulillah...tapi aku tau Widi sedikit sedih tidak bisa sedekat ini dan sesering ini melihat Pak Barru.

Epilog
Banyak hal rintangan tak terduga, rasa pusing dan banyak revisi dikala ujian jadikan korban waktu belajar kita. Banyak materi lain yang jelas tak didapat dari kuliah mampu hilangkan penat kami. Pak Barru yang menakutkan, sedikit tampan dan tegas mampu membuat kita terbiasa dengan ketenangannya yang samar karena sering bergurau bersama kita. Candaan dari Pak Barru tak membuat kita bosan belajar menyusun proposal yang rumit itu membuktikan semua yang kita lakukan 4 hari sangat cepat dan mendapat pengalaman berharga. Berita terkirimnya tugas adalah kabar bahagia bagi kita semua,  serta rasa lega dihati Pak Barru yang terlihat samar raut senyumnya (heheheh  makin terpancar ketampanannya kata Widi). Sebentar lagi sayangnya dia kecewa karena tak bisa tegur sapa dengan leluasa lagi. Kasiahan dia, tapi inilah namanya terpesona, bukan tentang siapa dosennya dan siapa kami yang hanya mahasiswa. Namun kita terpesona dalam usaha kerja keras yang ikhlas, kebersamaan menahan lapar dan kantuk, kebaikan saling tolong menolong, ketegasan yang sering ditakuti, gurauan dan ilmu yang indah. Terimakasih Tuhan membuat kita selangkah lebih jauh mengenal dan membawakan hal baru tuk dipelajari.


#Bukan aku tapi dia
#Bukan dia tapi kita
#Semangat Bimbingan

0 komentar:

Posting Komentar